"Kosakata jepang apa yang kamu suka?"
Pertanyaan diatas sudah beberapa kali diajukan oleh orang jepang kepadaku. Biasanya asal jawab saja, sambil mengarang-ngarang sedikit. Paling sering sech menjawab "頑張ります/Ganbarimasu (semangat)", karena seperti artinya sendiri yang seolah mendorong kita untuk tidak putus asa, terus berusaha dan memfokuskan diri pada tujuan. Kalau orang lain, mungkin ada juga yang menggunakan kata-kata yang sudah umum dan terkenal seperti "夢/Yume(dream)", "愛/Ai(love)", "侍/Samurai" dan lain-lainnya. Semakin banyak mempelajari dan memahami kosakata jepang, mungkin akan semakin banyak kesan yang didapatkan dari kata-kata tesebut. Bahkan ada beberapa kata yang mungkin memberikan kesan sangat special bagi seseorang yang mempelajarinya. Hal ini tentu juga dilatarbelakangi oleh kondisi emosional orang tersebut.
Hingga saat ini aku pun mengkoleksi 2 buah kosakata yang begitu menarik pehatianku. Pertama adalah 情熱(Jounetsu) yang artinya passion(gairah/hasrat). Kedua adalah 帰属意識(Kizokuishiki) yang artinya sense of belonging (rasa memiliki). Pada tulisan kali ini, aku akan membahas mengenai Kizokuishiki -> rasa memiliki.
帰属意識(Kizokuishiki) -> Rasa Memiliki
Dari hasil translate, arti kata tersebut sudah sangat jelas makna yang dikandungnya. Kata ini aq dapatkan dari sebuah bacaan dimana Rasa Memiliki itu diharapkan ada pada para pekerja terhadap perusahaan dimana mereka bekerja. Dimana untuk menarik rasa memiliki tersebut, jepang menerapkan aturan masa kerja sepanjang hidup dan adanya sistem promosi yang dilandaskan pada senioritas. Aturan kerja sepanjang hidup sepertinya sudah tidak berlaku lagi saat ini, tapi sistem senioritas masih tetap dijaga keberlangsungannya. Jadi meskipun kita sepintar apapun/bagaimanapun, kalau senior kita belum dipromosikan maka jangan berharap kita akan dipromosikan.
Tidak hanya pada perusahaan, rasa memiliki ini juga diterapkan pada kehidupan sosial masyarakat jepang. Sebagai contoh adalah rasa memiliki terhadap fasilitas umum. Kalau berkunjung ke Jepang, kita bisa melihat bagaimana fasilitas-fasilitas umum yang ada sangat terawat dan jauh dari yang namanya pengrusakan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Ini berlaku mulai dari desa-desa hingga ke kota-kota metropolitan. Kalaupun ada pelanggaran, mungkin persentasinya sangat-sangatlah kecil.
Rasa memiliki ini sangat erat hubungannya dengan Kepedulian. Jika kita mempunyai rasa memiliki terhadap sesuatu maka kita akan dituntut untuk peduli terhadap sesuatu itu. Perasaan ini jugalah yang dimiliki masyarakat jepang secara umum. Rasa cinta dan rasa memiliki terhadap kota mereka, mendorong kepedulian mereka untuk menjaga keteraturan, kebersihan dan keindahan kota. Hal ini terwujud dalam sikap tidak membuang sampah sembarangan, tidak membangun apapun apalagi yg mengganggu pandangan seenaknya, bahkan budaya gotong royong juga masih ada dibeberapa pedesaan. Pemerintah pun memegang peranan yang sangat penting, terutama dalam pembuatan aturan dan pengawasan.
Selain contoh diatas, masih banyak lagi contoh dimana Rasa Memiliki itu benar-benar dijaga oleh masyarakat Jepang dalam seluruh aspek kehidupan mereka yang pada akhirnya menguntungkan mereka juga.
Lantas bagaimana di Indonesia?
Menurut pendapatku, Rasa Memiliki masih belum mendarah daging dan masih menjadi sesuatu yang asing bagi masyarakat di Indonesia. Hal ini tampak dari perwujudan Rasa Memiliki yang masih sangat kurang. Jika dibandingkan dengan contoh-contoh diatas, maka kita dapat melihat bagaimana fasilitas-fasilitas umum yang tidak terawat dan kebanyakan dirusak oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab. Masih banyaknya masyarakat yang cuek terhadap kebersihan lingkungan dengan membuang sampah sesuka dan semaunya. Dan masih banyak lagi contoh yang kalau aq tuliskan disini hanya membuat malu diri sendiri.
Meskipun demikian, ada juga masyarakat yang peduli dan mempunyai rasa memiliki terhadap lingkungan. Tapi jumlahnya masih terlalu sedikit bila dibandingkan dengan jumlah seluruh penduduk Indonesia. Bangsa ini memang sudah terlalu jauh terlambat dalam hal keteraturan, tapi bukan berarti tidak bisa berbenah sama sekali. Rasa memiliki haruslah ditanamkan kepada seluruh penduduk Indonesia. Bukan hanya sekedar wacana, tapi harus dipraktekkan pelaksanaannya dan ditanamkan dalam seluruh aspek kehidupan, dimulai dari diri sendiri, keluarga, lingkungan tetangga, sekolah, kantor, desa, kota, propinsi hingga negara. Rasa Memiliki harusnya menjadi wacana/agenda khusus, sehingga jelas dan semua masyarakat paham dan menyadari pentingnya rasa memiliki. Jika rasa memiliki hilang, apalah gunanya orang-orang menggembar-gemborkan hebatnya Pancasila sebagai dasar negara kita. Tanpa rasa memiliki, Pancasila hanyalah tulisan saja tanpa ada perwujudan makna.
Jika diambil contoh sila pertama, "Ketuhanan yang Maha Esa". Sila ini jelas sekali maknanya, yaitu menunjukkan bahwasanya bangsa Indonesia adalah sebuah negara yang di bangun dengan dasar dan pilar agama. Karenanya isi sila ini ditempatkan pada urutan pertama. Dan untuk itulah, seluruh rakyat Indonesia hendaknya mempunyai rasa memiliki terhadap agama yang dianut masing-masing. Pemerintah juga harus memainkan peranannya dalam hal pengawasan, karena bentrokan antar agama sangat mungkin terjadi seperti yang akhir-akhir ini marak diberitakan. Pemerintah harus bertindak tegas dan adil terhadap segala bentuk pelanggaran baik itu pelecehan agama maupun kekerasan. Sebagai contoh: sikap sebagian masyarakat yang menentang kehadiran Ahmadiyah yang sudah sangat jelas melecehkan agama Islam. Kekerasan yang dilakukan oleh sebagian masyarakat tersebut tentu melanggar aturan dimana masyarakat tidak sepatutnya main hakim sendiri. Pelaku kekerasan tersebut haruslah mendapat sangsi hukum yang adil. Tapi pemerintah juga harus tegas terhadap Ahmadiyah dengan melakukan sangsi pelarangan dan pembubaran seluruh aktivitas keagamaan mereka. Selama Ahmadiyah tetap exist dengan menggunakan atribut Islam, maka bentrokan tidak akan pernah berakhir.
Dalam masalah ini, ada juga sebagian orang terutama kaum liberalis yang berpendapat bahwasanya pelarangan ahmadiyah merupakan pelanggaran terhadap hak-hak kebebasan. Tapi tunggu dulu? hak yang mana? Apakah pelecehan agama itu suatu bentuk hak? Apakah pelecehan agama itu bentuk kebebasan? Jika demikian arti kebebasan yang mereka maknai, maka bersiap sedia sajalah untuk kehancuran bangsa ini. Ayolah, ini negara Indonesia bukan negara barat, negara kita negara agamis tidak seperti mereka. Kalau kebebasan seperti ini diperjuangkan dengan mengorbankan rasa memiliki dalam keberagamaan, maka jelas bentrokan akan semakin marak dimana-mana dan kehancuran bangsa hanya menunggu waktu saja.
Permasalahan agama dinegara kita memang sangat unik dan sering saja muncul, bahkan terkadang sulit untuk diselesaikan. Tapi selama pemerintah tegas dalam menerapkan aturan, dan masing2 pemeluk agama mempunyai rasa memiliki dengan taat menjalankan ajaran agamanya, menjaga toleransi dan meminimalisir faktor-faktor penyebab bentrokan maka intensitas bentrokan-bentrokan akan semakin bisa ditekan. Meskipun ada perbedaan mendasar dalam masing-masing agama di Indonesia, toh selama ini kita masih bisa hidup rukun dalam kebersamaan. Justru bentrokan-bentrokan itu terjadi hanya ketika ada beberapa pihak yang ingin memaksakan kehendak mereka, dan akhirnya berujung provokasi. Provokasi inilah yang melahirkan bentrokan-bentrokan tersebut.
Jika dikatakan setiap agama mengajarkan Kedamaian, seharusnya dengan rasa memiliki maka masing-masing pemeluk agama hendaknya peduli untuk menjaga kedamaian tersebut. Rasa memiliki itu sangatlah penting, tapi janganlah rasa memiliki tersebut dijadikan dasar untuk melakukan pelanggaran. Rasa memiliki tetaplah harus didasarkan pada kebenaran dan keadilan. Ketika terjadi pelanggaran, maka harus dikembalikan pada kebenaran dan keadilan yang berlaku dinegara ini.
Masih banyak lagi contoh keterkaitan 'rasa memiliki' dalam kehidupan kita sehari-hari yang tidak akan cukup untuk dituangkan kedalam tulisan ini. Rasa memiliki itu meliputi seluruh aspek kehidupan kita. Untuk itu, marilah kita bersama-sama menanamkan rasa memiliki untuk menciptakan keteraturan dalam kehidupan di negara kita Indonesia.
Terus Semangat.
Mr. Toenk
Sumber Foto: NHK