ひどい方法で伝えちゃった(Menyampaikan dengan cara yang kurang baik)
Aq mengenal dan berinteraksi dengan anak itu hanya 2 hari saja. Selanjutnya hanya sapaan melalui facebook yang mungkin 2 kali juga. Tak bisa dipungkiri, memang ada perasaan normal (read: suka) sebagai seorang lelaki terhadap anak itu, tapi tak sesederhana itu kalau membicarakan isi hati manusia sepertiku. Namun pada tulisan ini aq akan kesampingkan masalah perasaan tersebut dan langsung menuju inti dari tema yang dimaksud.
Anak ini memiliki sebuah blog yang kadang aku kunjungi. Dari sebagian postingan yang aku baca, kebanyakan berisi tentang kekurangan yang ia miliki. Kadang sedih kadang juga menceritakan semangatnya untuk terus bangkit menerima dan berfikiran positif. Ada juga beberapa postingan lain yang berisi hubungan dia dengan teman-temannya dalam keseharian.
Namun pada suatu ketika, ada sebuah postingan yang membuat aq ngak bisa menahan diri untuk tidak berkomentar. Postingan tersebut berisi kekecewaan dia terhadap seorang lelaki yang waktu itu mungkin baru saja menjadi mantannya. Bahkan sebelumnya ia juga menuliskan cerita tentang kekecewaan terhadap lelaki tersebut, namun masih berstatus pacaran. Tak bermaksud mencari muka, mencari kesempatan, atau sekedar sok alim, aku memberikan komentar pada postingan tersebut. Menurutku sendiri komentar tersebut cukup kasar. Tapi hanya itulah yang bisa aku lakukan untuk sesuatu yang aku anggap benar, dimana nilai kebenaran tersebut bukan dari pemikiranku melainkan dari penilaian agama yang sama-sama kita yakini.
Aq mengenal dan berinteraksi dengan anak itu hanya 2 hari saja. Selanjutnya hanya sapaan melalui facebook yang mungkin 2 kali juga. Tak bisa dipungkiri, memang ada perasaan normal (read: suka) sebagai seorang lelaki terhadap anak itu, tapi tak sesederhana itu kalau membicarakan isi hati manusia sepertiku. Namun pada tulisan ini aq akan kesampingkan masalah perasaan tersebut dan langsung menuju inti dari tema yang dimaksud.
Anak ini memiliki sebuah blog yang kadang aku kunjungi. Dari sebagian postingan yang aku baca, kebanyakan berisi tentang kekurangan yang ia miliki. Kadang sedih kadang juga menceritakan semangatnya untuk terus bangkit menerima dan berfikiran positif. Ada juga beberapa postingan lain yang berisi hubungan dia dengan teman-temannya dalam keseharian.
Namun pada suatu ketika, ada sebuah postingan yang membuat aq ngak bisa menahan diri untuk tidak berkomentar. Postingan tersebut berisi kekecewaan dia terhadap seorang lelaki yang waktu itu mungkin baru saja menjadi mantannya. Bahkan sebelumnya ia juga menuliskan cerita tentang kekecewaan terhadap lelaki tersebut, namun masih berstatus pacaran. Tak bermaksud mencari muka, mencari kesempatan, atau sekedar sok alim, aku memberikan komentar pada postingan tersebut. Menurutku sendiri komentar tersebut cukup kasar. Tapi hanya itulah yang bisa aku lakukan untuk sesuatu yang aku anggap benar, dimana nilai kebenaran tersebut bukan dari pemikiranku melainkan dari penilaian agama yang sama-sama kita yakini.
Aq tidak akan menuliskan komentar tersebut disini, tapi akan aq tuliskan inti dari komentar tersebut. Pada komentar itu aku mensyukuri atas putusnya hubungan antara dia dan lelaki yang dimaksud. Selanjutnya aq mencoba memberikan nasehat tentang bagaimana seharusnya dia bersikap terhadap hubungan yang biasa disebut "pacaran". Aq menasehati dilarangnya pacaran dalam Islam serta bagaimana dampaknya terhadap keluarga. Karena pengetahuanku mengenai dalil dan hadis sangatlah kurang, maka aku juga memberikan sebuah link yang membahas masalah pacaran dalam Islam. Inti dari nasehat tersebut adalah "Cukup sudah pacarannya dan jangan pacaran lagi".
Aq merasa benar dengan apa yang aku sampaikan pada komentar tersebut, tapi aku juga merasa bahwasanya kata-kataku terdengar kasar bagi dirinya. Apatah lagi aq ini bukan siapa-siapanya, aku hanya kenal 2 hari dengan dia. Jika tiba-tiba mendapat nasehat dengan kata-kata sedikit kasar mungkin dia tidak akan menerima, tapi hanya itulah yang aku bisa. Karena komentar itu kujadikan pesan terakhir dariku untuknya. Setelah itu aku tidak akan pernah lagi membuka blog ataupun facebooknya. Iya, aku mengakhiri semuanya agar aku juga tidak hanyut terlalu jauh dari sesuatu yang tidak aku harapkan.
Jika memang ada yang aku harapkan dari dia, maka aku berharap ia memahami apa yang telah aku sampaikan serta mengenyampingkan cara aku menyampaikan. Selanjutnya yang paling utama adalah dia bisa menerima dan melaksanakan isi komentar tersebut dengan "Berhenti pacaran". Nah, pasti sudah tau bagaimana perasaanku yang sesungguhnya kan?
Pesan penting yang aku dapatkan dari cerita ini, bahwasanya menasehati itu perlu dilakukan dengan kelembutan dan cara yang lebih menyentuh hati. Nasehat akan lebih mengena jika kita bisa melakukan suatu pendekatan emosional yang baik. Kalau kita dalam posisi orang asing, mungkin akan sulit menasehati. "Emang siapa loe", mungkin ini jawaban yang akan diberikan kepada kita. Tapi jika yang dikedepankan dan menjadi dasarnya adalah kebaikan, Insyaallah memberikan hasil yang baik. Hanya ALLAH SWT. sajalah yang bisa memberikan petunjuk, sedangkan kita hanya bisa menasehati dan memberikan peringatan.
Terakhir, semoga anak itu mendapatkan hidayah dengan jauh dari pacaran dan segera mendapatkan jodoh yang sholeh.....amin...amin...amin.....
Sumber foto: NHK