2012年6月16日土曜日

Renungan Pesan Singkat


T: "Mba, bisa minta no hpnya Mas? aq mau tanya pekerjaan"
M: "km kesini aja dulu, nanti tanya aja langsung. Masalahnya Mas juga kerjaan baru disini. Menurut Mba itu lebih sopan dan lebih baik, walaupun blm tentu ada ngaknya pekerjaan. Nanti pelan2 Mba juga ikut bantu."

Begitulah kira2 pesan singkat antara aq dan Mba. Mungkin bagi sebagian orang, pesan singkat tersebut biasa2 saja dan ngak ada yang aneh atau janggal. Tapi tidak bagi aku yang merasa kalau diriku termasuk manusia yang sensitif. Pesan tersebut menjadi sedikit mengganjal di hati karena aq melihatnya dalam dua sisi padangan yaitu pandangan positif dan negatif. Pandangan negatif tersebutlah yang membuat sedikit perasaan dihatiku merasa terusik. Pandangan negatif tersebut sangat dipenuhi dengan prasangka-prasangka. Sedangkan kebanyakan prasangka itu adalah buruk, makanya Islam mengajarkan untuk menjauhi prasangka. Oke, baiklah akan aq coba urutkan satu persatu kedua sisi pandanganku terhadap pesan tersebut.

※ Pandangan Negatif
Kenapa aq tidak diberikan no teleponnya? toch aq bermaksud menanyakan langsung dan ngak ingin merepotkan Mba. Lagian aq cuma mau menanyakan lowongan, tidak mengingankan lebih dari itu. Kalau misalkan ada lowongan maka aku akan mengajukan secara langsung dan tidak melewati Mas. Aq juga bukanlah tipe orang yang suka dititipkan, karenanya aku ngak mau masuk keperusahaan Mas hanya karena posisi Mas diperusahaan tersebut. Aku mau melamar dengan status yang sama seperti pelamar lainnya tanpa ada unsur titipan(read: kolusi).
Memangnya ngak sopan apa kalau menanyakan lewat handphone? Apalagi yang menanyakan masih ada hubungan kekerabatan, meskipun hubungan kekerabatan tersebut adalah jauh dan tidak langsung. Lagian juga posisiku sekarang kan terpisah jauh. Kalau aq sendiri sech, misalkan ada yang menanyakan hal yang sama tentu akan aku balas dengan senang hati sebatas pengetahuanku. Terkecuali permintaan yang berat seperti titip-menitip, karena aku sendiri ngak senang dengan titip-menitip.

 ※ Pandangan Positif
 Sebagai seorang istri, aq rasa Mba tentu ngak mau terlalu merepotkan suaminya, meskipun aq tau bagaimana keramahan suaminya. Untuk alasan itulah mungkin ia ngak memberikan no telepon. Atau mungkin Mba lupa, atau mungkin ada alasan lain yang diluar dugaanku.
Memang sebaiknya aq kesana dan menanyakan langsung karena aq juga sudah lama tidak maen kesana, bahkan telpon saja tidak. Kalau tiba-tiba langsung minta bantuan, tentu kesannya akan lain. Meskipun jika aq diposisi yang sama maka aq tidak akan mempedulikannya, tapi orang laen tentu tidak sepandangan denganku. Dan ini juga memang lebih sopan dibandingkan menanyakan lewat telepon meskipun pada dasarnya tidak terlalu buruk. Tambahan lagi Mba juga mengatakan kalau ia juga mau membantuku.

Berkaca pada pandangan positif tersebut maka sudah seharusnya aku mengabaikan pandangan negatif. Lagian padangan negatif tersebut hanyalah dugaan-dugaan yang bersifat spekulatif. Bahkan lebih banyak mudharatnya bagi hatiku sendiri.

Yoshhh...keep positive.....
Landaskan semuanya pada kebaikan, maka hasilnya akan jauh lebih baik.
Sesuatu yang kita pandang baik belum tentu baik bagi kita, sedangkan sesuatu yang kita pandang buruk bisa saja menjadi yang terbaik bagi kita. Ketika semuanya dipandang dengan kaca mata kebaikan maka hal yang buruk akan menjadi baik dan hal yang baik akan semakin baik.

Ya ALLAH, tunjukkan hamba-Mu ini kejalan yang lurus yaitu jalan orang2 yang telah Engkau berikan nikmat, bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat.
Ya ALLAH, jauhkanlah hamba-Mu ini dari segala prasangka-prasangka buruk.
Ya ALLAH, tunjukkanlah hamba-Mu ini kejalan yang lurus jalan yang Engkau Rahmati.
Ya ALLAH, teguhkanlah hati hamba-Mu ini pada Dinnul Islam.
Ya ALLAH, tetapkanlah hati hamba-Mu ini pada keimanan.
Amin ya Rabbal alamin..... 

0 komentar:

コメントを投稿