2012年11月15日木曜日

"(電車)Densha-->Kereta"

Kereta yang kutumpangi, berhenti ditempat ini. Aku singgah tapi pasti kembali.
Destinasiku adalah kehidupan abadi. Disini aku hanyalah melewati hari sembari menunggu waktu kembali.
Aku, kalian adalah sama-sama menanti kapan kereta ini akan meluncur lagi.
Adakah ini persinggahan terakhir sebelum tiba di penghujung hari?
Ataukah masih ada tempat untuk berbagi hati dalam sisa-sisa hari.
Untuk menjadi bekal pertanggungjawaban di alam mati dan alam abadi.

Jalur kereta yang hanya dua ini, kanan dan kiri.
Jalur perjalanan yang melewati tempat-tempat untuk mengisi hati.
Suatu ketika aku ada dijalur kanan yg menyenangkan hati.
Tapi diwaktu lain aku meluncur dijalur kiri yang sangat menggelisahkan hati.
Silih berganti seiring hari-hari yg terlewati dan usia yang semakin terkurangi.

Akhir perjalanan ini dijalur kanan atau kiri, sangat mengkhawatirkan hati.
Dan ketika diri sudah tidak mampu berbuat apa yang seharusnya diobati.
Hanyalah doa yang tersisa agar Tuhan yang Maha Pemurah mau mengampuni
dan mengakhirkan perjalanan ini jalur kanan yang menyelamatkan Hati.

2012年11月10日土曜日

Hijrah---->

Dulu....ketika hati sudah benar-benar diambang kelumpuhan oleh rasa kepedihan yang sangat memilukan, terfikirkan olehku untuk pergi jauh, hijrah ketempat yg tak seorangpun mengenal siapa diriku melainkan seorang musafir di negeri itu. Tapi apa mau dikata, harapan hanya tinggal harapan ketika kenyataan tak kesampaian, kepedihan terus berlanjut hingga sekarang. Kini, hati sudah sangat sesak oleh kepedihan itu. Aku pun kembali ingin menghijrahkan diriku ketempat yang jauh dan tepat untuk mendekatkan diriku pada Sang Khalik Yang Maha Pencipta, ALLAH SWT. Tapi tempat yang tepat itu seperti apa? aku pun tidak tahu. Lantas kearah mana aku harus berjalan. Selama ini apakah aku melangkah ke tempat yang salah ataukah aku yang salah pada tempat yang tepat. 

Kini aku diberikan peluang untuk pindah ke tempat yang jauh, di negeri yang mayoritas penduduknya adalah kafir, negeri yang memuja kehidupan dunia, negeri yang meninggikan derajat logika, negeri yang sebenarnya tidak layak ditempati melainkan dengan tujuan dakwah. Jika ada pertimbangan yang kuat, maka alasan inilah yang ingin kujadikan sebagai landasan keinginanku berhijrah ke negeri ini. Tapi tak pernah kupungkiri jika ada alasan duniawi yang menyertainya. 

Pada satu sisi, jika aku mengaca pada apa yang telah aku alami, maka aku merasa salah jika negeri itu yang aku tuju. Tapi disisi lain aku coba meyakinkan diriku bahwasanya hal itu bisa saja tepat walau terasa berat. Bagaikan berjalan dipinggir jurang, yang satu kesalahan kecil saja bisa menjerumuskan aku kelembah kehancuran. Tapi jika aku bisa melaluinya, maka aku berhasil melewati satu langkah sukses menuju langkah berikutnya. Rasa ngotot begitu kuat dalam diriku. Entah ini hanya nafsuku saja ataukah ini benar-benar suatu keikhlasan.

Semoga ini tidak salah, karena tidak ada yang salah jika diniatkan dan dilakukan dengan cara yang sesuai kaidah keyakinan.

2012年6月20日水曜日

ひどい方法で伝えちゃった


ひどい方法で伝えちゃった(Menyampaikan dengan cara yang kurang baik)

Aq mengenal dan berinteraksi dengan anak itu hanya 2 hari saja. Selanjutnya hanya sapaan melalui facebook yang mungkin 2 kali juga. Tak bisa dipungkiri, memang ada perasaan normal (read: suka) sebagai seorang lelaki terhadap anak itu, tapi tak sesederhana itu kalau membicarakan isi hati manusia sepertiku. Namun pada tulisan ini aq akan kesampingkan masalah perasaan tersebut dan langsung menuju inti dari tema yang dimaksud.

Anak ini memiliki sebuah blog yang kadang aku kunjungi. Dari sebagian postingan yang aku baca, kebanyakan berisi tentang kekurangan yang ia miliki. Kadang sedih kadang juga menceritakan semangatnya untuk terus bangkit menerima dan berfikiran positif. Ada juga beberapa postingan lain yang berisi hubungan dia dengan teman-temannya dalam keseharian.

Namun pada suatu ketika, ada sebuah postingan yang membuat aq ngak bisa menahan diri untuk tidak berkomentar. Postingan tersebut berisi kekecewaan dia terhadap seorang lelaki yang waktu itu mungkin baru saja menjadi mantannya. Bahkan sebelumnya ia juga menuliskan cerita tentang kekecewaan terhadap lelaki tersebut, namun masih berstatus pacaran. Tak bermaksud mencari muka, mencari kesempatan, atau sekedar sok alim, aku memberikan komentar pada postingan tersebut. Menurutku sendiri komentar tersebut cukup kasar. Tapi hanya itulah yang bisa aku lakukan untuk sesuatu yang aku anggap benar, dimana nilai kebenaran tersebut bukan dari pemikiranku melainkan dari penilaian agama yang sama-sama kita yakini. 

Aq tidak akan menuliskan komentar tersebut disini, tapi akan aq tuliskan inti dari komentar tersebut. Pada komentar itu aku mensyukuri atas putusnya hubungan antara dia dan lelaki yang dimaksud. Selanjutnya aq mencoba memberikan nasehat tentang bagaimana seharusnya dia bersikap terhadap hubungan yang biasa disebut "pacaran". Aq menasehati dilarangnya pacaran dalam Islam serta bagaimana dampaknya terhadap keluarga. Karena pengetahuanku mengenai dalil dan hadis sangatlah kurang, maka aku juga memberikan sebuah link yang membahas masalah pacaran dalam Islam. Inti dari nasehat tersebut adalah "Cukup sudah pacarannya dan jangan pacaran lagi".

Aq merasa benar dengan apa yang aku sampaikan pada komentar tersebut, tapi aku juga merasa bahwasanya kata-kataku terdengar kasar bagi dirinya. Apatah lagi aq ini bukan siapa-siapanya, aku hanya kenal 2 hari dengan dia. Jika tiba-tiba mendapat nasehat dengan kata-kata sedikit kasar mungkin dia tidak akan menerima, tapi hanya itulah yang aku bisa. Karena komentar itu kujadikan pesan terakhir dariku untuknya. Setelah itu aku tidak akan pernah lagi membuka blog ataupun facebooknya. Iya, aku mengakhiri semuanya agar aku juga tidak hanyut terlalu jauh dari sesuatu yang tidak aku harapkan.

Jika memang ada yang aku harapkan dari dia, maka aku berharap ia memahami apa yang telah aku sampaikan serta mengenyampingkan cara aku menyampaikan. Selanjutnya yang paling utama adalah dia bisa menerima dan melaksanakan isi komentar tersebut dengan "Berhenti pacaran". Nah, pasti sudah tau bagaimana perasaanku yang sesungguhnya kan?

Pesan penting yang aku dapatkan dari cerita ini, bahwasanya menasehati itu perlu dilakukan dengan kelembutan dan cara yang lebih menyentuh hati. Nasehat akan lebih mengena jika kita bisa melakukan suatu pendekatan emosional yang baik. Kalau kita dalam posisi orang asing, mungkin akan sulit menasehati. "Emang siapa loe", mungkin ini jawaban yang akan diberikan kepada kita. Tapi jika yang dikedepankan dan menjadi dasarnya adalah kebaikan, Insyaallah memberikan hasil yang baik. Hanya ALLAH SWT. sajalah yang bisa memberikan petunjuk, sedangkan kita hanya bisa menasehati dan memberikan peringatan.

Terakhir, semoga anak itu mendapatkan hidayah dengan jauh dari pacaran dan segera mendapatkan jodoh yang sholeh.....amin...amin...amin.....

Sumber foto: NHK

2012年6月19日火曜日

帰属意識(Kizokuishiki) -> Rasa Memiliki


"Kosakata jepang apa yang kamu suka?"
Pertanyaan diatas sudah beberapa kali diajukan oleh orang jepang kepadaku. Biasanya asal jawab saja, sambil mengarang-ngarang sedikit. Paling sering sech menjawab "頑張ります/Ganbarimasu (semangat)", karena seperti artinya sendiri yang seolah mendorong kita untuk tidak putus asa, terus berusaha dan memfokuskan diri pada tujuan. Kalau orang lain, mungkin ada juga yang menggunakan kata-kata yang sudah umum dan terkenal seperti "夢/Yume(dream)", "愛/Ai(love)", "侍/Samurai"  dan lain-lainnya. Semakin banyak mempelajari dan memahami kosakata jepang, mungkin akan semakin banyak kesan yang didapatkan dari kata-kata tesebut. Bahkan ada beberapa kata yang mungkin memberikan kesan sangat special bagi seseorang yang mempelajarinya. Hal ini tentu juga dilatarbelakangi oleh kondisi emosional orang tersebut.

Hingga saat ini aku pun mengkoleksi 2 buah kosakata yang begitu menarik pehatianku. Pertama adalah 情熱(Jounetsu) yang artinya passion(gairah/hasrat). Kedua adalah 帰属意識(Kizokuishiki) yang artinya sense of belonging (rasa memiliki). Pada tulisan kali ini, aku akan membahas mengenai Kizokuishiki -> rasa memiliki.

帰属意識(Kizokuishiki) -> Rasa Memiliki
Dari hasil translate, arti kata tersebut sudah sangat jelas makna yang dikandungnya. Kata ini aq dapatkan dari sebuah bacaan dimana Rasa Memiliki itu diharapkan ada pada para pekerja terhadap perusahaan dimana mereka bekerja. Dimana untuk menarik rasa memiliki tersebut, jepang menerapkan aturan masa kerja sepanjang hidup dan adanya sistem promosi yang dilandaskan pada senioritas. Aturan kerja sepanjang hidup sepertinya sudah tidak berlaku lagi saat ini, tapi sistem senioritas masih tetap dijaga keberlangsungannya. Jadi meskipun kita sepintar apapun/bagaimanapun, kalau senior kita belum dipromosikan maka jangan berharap kita akan dipromosikan.

Tidak hanya pada perusahaan, rasa memiliki ini juga diterapkan pada kehidupan sosial masyarakat jepang. Sebagai contoh adalah rasa memiliki terhadap fasilitas umum. Kalau berkunjung ke Jepang, kita bisa melihat bagaimana fasilitas-fasilitas umum yang ada sangat terawat dan jauh dari yang namanya pengrusakan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Ini berlaku mulai dari desa-desa hingga ke kota-kota metropolitan. Kalaupun ada pelanggaran, mungkin persentasinya sangat-sangatlah kecil.

Rasa memiliki ini sangat erat hubungannya dengan Kepedulian. Jika kita mempunyai rasa memiliki terhadap sesuatu maka kita akan dituntut untuk peduli terhadap sesuatu itu. Perasaan ini jugalah yang dimiliki masyarakat jepang secara umum. Rasa cinta dan rasa memiliki terhadap kota mereka, mendorong kepedulian mereka untuk menjaga keteraturan, kebersihan dan keindahan kota. Hal ini terwujud dalam sikap tidak membuang sampah sembarangan, tidak membangun apapun apalagi yg mengganggu pandangan seenaknya, bahkan budaya gotong royong juga masih ada dibeberapa pedesaan. Pemerintah pun memegang peranan yang sangat penting, terutama dalam pembuatan aturan dan pengawasan.
Selain contoh diatas, masih banyak lagi contoh  dimana Rasa Memiliki itu benar-benar dijaga oleh masyarakat Jepang dalam seluruh aspek kehidupan mereka yang pada akhirnya menguntungkan mereka juga.

Lantas bagaimana di Indonesia?
Menurut pendapatku, Rasa Memiliki masih belum mendarah daging dan masih menjadi sesuatu yang asing bagi masyarakat di Indonesia. Hal ini tampak dari perwujudan Rasa Memiliki yang masih sangat kurang. Jika dibandingkan dengan contoh-contoh diatas, maka kita dapat melihat bagaimana fasilitas-fasilitas umum yang tidak terawat dan kebanyakan dirusak oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab. Masih banyaknya masyarakat yang cuek terhadap kebersihan lingkungan dengan membuang sampah sesuka dan semaunya. Dan masih banyak lagi contoh yang kalau aq tuliskan disini hanya membuat malu diri sendiri.

Meskipun demikian, ada juga masyarakat yang peduli dan mempunyai rasa memiliki terhadap lingkungan. Tapi jumlahnya masih terlalu sedikit bila dibandingkan dengan jumlah seluruh penduduk Indonesia. Bangsa ini memang sudah terlalu jauh terlambat dalam hal keteraturan, tapi bukan berarti tidak bisa berbenah sama sekali. Rasa memiliki haruslah ditanamkan kepada seluruh penduduk Indonesia. Bukan hanya sekedar wacana, tapi harus dipraktekkan pelaksanaannya dan ditanamkan dalam seluruh aspek kehidupan, dimulai dari diri sendiri, keluarga, lingkungan tetangga, sekolah, kantor, desa, kota, propinsi hingga negara. Rasa Memiliki harusnya menjadi wacana/agenda khusus, sehingga jelas dan semua masyarakat paham dan menyadari pentingnya rasa memiliki. Jika rasa memiliki hilang, apalah gunanya orang-orang menggembar-gemborkan hebatnya Pancasila sebagai dasar negara kita. Tanpa rasa memiliki, Pancasila hanyalah tulisan saja tanpa ada perwujudan makna.

Jika diambil contoh sila pertama, "Ketuhanan yang Maha Esa". Sila ini jelas sekali maknanya, yaitu menunjukkan bahwasanya bangsa Indonesia adalah sebuah negara yang di bangun dengan dasar dan pilar agama. Karenanya isi sila ini ditempatkan pada urutan pertama. Dan untuk itulah, seluruh rakyat Indonesia hendaknya mempunyai rasa memiliki terhadap agama yang dianut masing-masing. Pemerintah juga harus memainkan peranannya dalam hal pengawasan, karena bentrokan antar agama sangat mungkin terjadi seperti yang akhir-akhir ini marak diberitakan. Pemerintah harus bertindak tegas dan adil terhadap segala bentuk pelanggaran baik itu pelecehan agama maupun kekerasan. Sebagai contoh: sikap sebagian masyarakat yang menentang kehadiran  Ahmadiyah yang sudah sangat jelas melecehkan agama Islam. Kekerasan yang dilakukan oleh sebagian masyarakat tersebut tentu melanggar aturan dimana masyarakat tidak sepatutnya main hakim sendiri. Pelaku kekerasan tersebut haruslah mendapat sangsi hukum yang adil. Tapi pemerintah juga harus tegas terhadap Ahmadiyah dengan melakukan sangsi pelarangan dan pembubaran seluruh aktivitas keagamaan mereka. Selama Ahmadiyah tetap exist dengan menggunakan atribut Islam, maka bentrokan tidak akan pernah berakhir.

Dalam masalah ini, ada juga sebagian orang terutama kaum liberalis yang berpendapat bahwasanya pelarangan ahmadiyah merupakan pelanggaran terhadap hak-hak kebebasan. Tapi tunggu dulu? hak yang mana? Apakah pelecehan agama itu suatu bentuk hak? Apakah pelecehan agama itu bentuk kebebasan? Jika demikian arti kebebasan yang mereka maknai, maka bersiap sedia sajalah untuk kehancuran bangsa ini. Ayolah, ini negara Indonesia bukan negara barat, negara kita negara agamis tidak seperti mereka. Kalau kebebasan seperti ini diperjuangkan dengan mengorbankan rasa memiliki dalam keberagamaan, maka jelas bentrokan akan semakin marak dimana-mana dan kehancuran bangsa hanya menunggu waktu saja.

Permasalahan agama dinegara kita memang sangat unik dan sering saja muncul, bahkan terkadang sulit untuk diselesaikan. Tapi selama pemerintah tegas dalam menerapkan aturan, dan masing2 pemeluk agama mempunyai rasa memiliki dengan taat menjalankan ajaran agamanya, menjaga toleransi dan meminimalisir faktor-faktor penyebab bentrokan maka intensitas bentrokan-bentrokan akan semakin bisa ditekan. Meskipun ada perbedaan mendasar dalam masing-masing agama di Indonesia, toh selama ini kita masih bisa hidup rukun dalam kebersamaan. Justru bentrokan-bentrokan itu terjadi hanya ketika ada beberapa pihak yang ingin memaksakan kehendak mereka, dan akhirnya berujung provokasi. Provokasi inilah yang melahirkan bentrokan-bentrokan tersebut.

Jika dikatakan setiap agama mengajarkan Kedamaian, seharusnya dengan rasa memiliki maka masing-masing pemeluk agama hendaknya peduli untuk menjaga kedamaian tersebut. Rasa memiliki itu sangatlah penting, tapi janganlah rasa memiliki tersebut dijadikan dasar untuk melakukan pelanggaran. Rasa memiliki tetaplah harus didasarkan pada kebenaran dan keadilan. Ketika terjadi pelanggaran, maka harus dikembalikan pada kebenaran dan keadilan yang berlaku dinegara ini.

Masih banyak lagi contoh keterkaitan 'rasa memiliki' dalam kehidupan kita sehari-hari yang tidak akan cukup untuk dituangkan kedalam tulisan ini. Rasa memiliki itu meliputi seluruh aspek kehidupan kita. Untuk itu, marilah kita bersama-sama menanamkan rasa memiliki untuk menciptakan keteraturan dalam kehidupan di negara kita Indonesia.

Terus Semangat.

Mr. Toenk

Sumber Foto: NHK

2012年6月17日日曜日

Benar-benar Berjilbab-Shalihah, Semakin Sulit

20 tahun kebelakang, menemukan wanita yang menggunakan jilbab mungkin adalah hal yang langka. Banyak faktor yg mendasarinya, mulai dari kurangnya pemahaman masyarakat pada Islam, masih sedikitnya organisasi sosial maupun lembaga-lembaga Islam, bahkan mungkin yang berlatar belakang politik karena berdasarkan penuturan beberapa orang bahwasanya perkembangan Islam dizaman dulu khususnya orde baru itu sulit karena selalu dalam perhatian ketat pemerintah. Jika ada suatu perkumpulan yg melakukan kajian, bisa saja disangka bahkan dituduh sebagai gerakan bawah tanah yang berusaha melawan pemerintah. Jika sudah seperti ini, tentu akses masyarakat untuk mengetahui ajaran Islam semakin terbatasi. Untuk itulah, wanita berjilbab sangat sedikit bahkan mungkin sangat jarang kala itu.
Tapi justru disinilah perbedaan mendasar yang membedakan wanita berjilbab waktu itu dengan wanita berjilbab dijaman sekarang. Jika waktu itu kita menemukan wanita berjilbab, maka kita bisa menilai wanita tersebut hanya dari penampakan luarnya saja. Jilbabnya tersebut seolah bisa menunjukkan status keluarganya, tingkat pendidikannya, bahkan tingkat pemahaman agamanya. Oleh karena itu pria-pria sholeh tentu akan lebih mudah dalam memilih wanita shalihah pendamping hidupnya(istri). Pada zaman ini, sangat jelas sekali perbedaan wanita shalihah dengan yang kurang bahkan tidak shalihah.

Bandingkan dengan kondisi sekarang dimana jilbab terkadang hanyalah aksesoris pengajian, pelengkap seragam bagi sekolah maupun universitas yang mewajibkan jilbab di lingkungan sekolah/kampus mereka. Namun diluar tempat/aktivitas tersebut maka jilbab tidaklah diperlukan dan dilalaikan begitu saja. Pada kondisi ini, jilbab terlihat seperti sebuah beban keterpaksaan bagi mereka. Aq pun merasa tidak perlu memberikan bukti-bukti tersebut pada tulisan ini, toh kita semua sama-sama bisa menyaksikan hal ini terjadi dilingkungan kita.
Berkenaan jilbab dizaman ini, maka aq ingin membagi wanita menjadi beberapa tipe:
  1. Berjilbab sesuai kondisi / situasi / tempat.
    Tipe wanita ini seperti yg sudah di sebutkan diatas, yaitu wanita yang hanya mengenakan jilbab pada kondisi atau tempat tertentu saja seperti ketika menghadiri pengajian atau ketika masuk sekolah/kampus. 
  2. Berjilbab karena kebiasaan.
    Wanita berjilbab yang seperti ini adalah yang paling umum dan sering kita temukan. Berjilbab sudah merupakan keseharian mereka karena dimanapun berada mereka selalu mengenakan jilbab (terkecuali tempat2 tertentu/kondisi tertentu). Tipe ini sangat berbeda dengan tipe 1 diatas. Tapi masih terdapat beberapa kekurangan, diantaranya: 1) Kurang memahami tentang jilbab selain kewajiban mengenakannya. Akibatnya banyak pelanggaran2 berkenaan dengan tata cara penggunaan jilbab. Pemakaian jilbabnya mungkin benar tapi sangat tidak cocok dengan pakaian yang dikenakan seperti menggunakan pakaian yang ketat hingga menampakkan bentuk tubuhnya dengan mencolok. Penggunaan celana jeans yang super ketat hingga menampakkan bentuk tubuh bagian bawahnya, bahkan ada yang berani menggunakan celana jenis legging. Alasan mereka simple, "Nyaman" kata mereka. Dilihat dari jawaban ini, jelas sekali mereka tidak memiliki pemahaman yang baik dan benar tentang arti jilbab tersebut. 2) Meskipun berjilbab, tapi sifat2 mereka masih jauh dari arti pemakaian jilbab yang memiliki arti dasar menutupi. Memang mereka berjilbab, tapi mereka masih sangat dekat dengan maksiat. Lihat sajalah lingkungan sekitar kita. Banyak sekali wanita2 berjilbab yang tanpa malu2 berpacaran, bahkan menunjukkan kemesraan dengan bergandeng tangan bahkan berpelukan didepan umum. Sungguh pemandangan yang sangat memprihatinkan. Inilah yang umum terjadi pada wanita berjilbab saat ini.
  3. Berjilbab karena pemahaman.
    Wanita berjilbab tipe ini sangat berbeda dari kedua tipe diatas. Mereka mengenakan jilbab karena memiliki pemahaman yang baik dan benar tentang jilbab. Walhasil, tata cara penggunaan jilbab selalu mereka perhatikan, bahkan jenis jilbab dan pakaian yang digunakan berbeda dari pakaian yang umum dikenakan kedua tipe diatas. Mereka pun jauh lebih bisa menjaga diri dari maksiat. Kalaupun masih ada yang maksiat, tidak akan seperti tipe lainnya, Wallahualam. Di zaman sekarang, tipe inilah yang menjadi  harapan terakhir untuk mendapatkan wanita yang sholehah. 
※Modis dan gaya
Hal lainnya yang sedikit menggugah perhatianku adalah maraknya pakaian muslimah modern. Entah mengapa aku sedikit sinis dengan perkembangan tersebut. Jika wanita diumpamakan perhiasan, maka pakaian modern tersebut akan memperindah lagi perhiasan yang telah ada. Berjilbab dan sopan, tentulah hal yang sangat baik. Tetapi ketika tujuan utamanya sudah berubah, maka akan timbul persepsi lain dari jilbab tersebut.
Bukankah dalam Al-Quran telah dijelaskan bahwasanya baik laki-laki maupun perempuan diwajibkan menjaga padangan. Lantas apa tujuan para wanita mengenakan pakain2 modis tersebut? Tidakkah untuk menarik perhatian(entah laki2 atau sesamanya)? Apakah mereka merasa malu kalau hanya memakai pakaian yang biasa atau standar-standar saja yang tidak terlalu menarik perhatian? Jika aku diperbolehkan berspekulasi, maka aku mengira tujuan mereka adalah untuk meningkatkan kepercayaan diri, dan kepercayaan diri itu muncul karena ketertarikan orang lain pada yang mereka kenakan. Jadi dapat disimpulkan bahwasanya tujuannya adalah untuk menarik perhatian. Jika perhatian itu terjadi antara sesama jenis, mungkin tidak terlalu masalah. Tapi jika terjadi dengan lawan jenis, tentu akan bermasalah.

Mengenai hal ini, mungkin saja ada yang bergumam, "Ah memang laki-laki saja yang kurang iman dan  ngak bisa menjaga pandangan". Ayolah, laki-laki itu punya sifat yang sangat naluriah, sama seperti halnya dengan perempuan. Semua laki-laki secara normal akan tertarik dengan yang indah-indah termasuk perempuan, terutama yang mempunyai penampilan bagus. Memang benar imanlah yang mengontrol seorang laki-laki apakah ia bisa menjaga pandangan atau tidak. Tapi masalahnya ketika hampir sebagian besar wanita mempunyai perilaku yang sama seperti diatas, apakah kalian ingin kami menutup mata sambil berjalan? Apakah kalian ingin kami membutakan mata sekalian supaya tidak bisa melihat hal tersebut? Tentu tidak bukan...????
Nah, klo masih terus ingin menuduh laki-laki yang tidak beriman, maka laki-laki juga bisa melimpahkan kata2 yang sama. Justru kemana iman para wanita seperti itu? Aq memang tidak paham mengenai fiqih wanita, tapi bukannya wanita itu dilarang berlebih-berlebihan terutama dalam hal penampilan? Tidakkah bagi wanita yang sudah bersuami hanya diwajibkan berpenampilan baik  didepan suaminya saja? Dan bagi yang belum menikah, tentu menjaga diri dari pandangan orang lain terhadap dirinya dengan tidak berpenampilan yang mencolok adalah suatu keharusan demi menghindari maksiat.

Dengan alasan seperti diatas, maka hingga saat ini aq masih tidak bisa menerima dan khawatir dengan perkembangan pakaian muslimah tersebut. Alangkah baiknya jika para wanita berpakaian yang jauh lebih berhati-hati, yaitu pakaian sederhana yang sesuai syariat dan tidak terlalu mencolok. Paling tidak, hal ini akan mengurangi padangan lawan jenis. Memang tidak bisa dimungkiri sulitnya menjaga pandangan, tapi dengan menghilangkan penyebab-penyebabnya, paling tidak hal tersebut bisa dikurangi.

Terakhir, dalam tulisan ini aq memang banyak menyoroti wanita karena memang temanya demikian. Tapi beberapa pendapatku diatas dikenakan juga kepada laki-laki. Laki-laki tentunya harus berpakaian yang sopan dan menghindari pakaian yang berlebih-lebihan, apalagi terlalu mengikuti tren pakaian diluar tata cara islam. Untuk itu, marilah kita sama-sama berbenah diri dengan kembali pada ajaran islam yang benar.

Mr. Toenk

sumber foto: NHK

2012年6月16日土曜日

Renungan Pesan Singkat


T: "Mba, bisa minta no hpnya Mas? aq mau tanya pekerjaan"
M: "km kesini aja dulu, nanti tanya aja langsung. Masalahnya Mas juga kerjaan baru disini. Menurut Mba itu lebih sopan dan lebih baik, walaupun blm tentu ada ngaknya pekerjaan. Nanti pelan2 Mba juga ikut bantu."

Begitulah kira2 pesan singkat antara aq dan Mba. Mungkin bagi sebagian orang, pesan singkat tersebut biasa2 saja dan ngak ada yang aneh atau janggal. Tapi tidak bagi aku yang merasa kalau diriku termasuk manusia yang sensitif. Pesan tersebut menjadi sedikit mengganjal di hati karena aq melihatnya dalam dua sisi padangan yaitu pandangan positif dan negatif. Pandangan negatif tersebutlah yang membuat sedikit perasaan dihatiku merasa terusik. Pandangan negatif tersebut sangat dipenuhi dengan prasangka-prasangka. Sedangkan kebanyakan prasangka itu adalah buruk, makanya Islam mengajarkan untuk menjauhi prasangka. Oke, baiklah akan aq coba urutkan satu persatu kedua sisi pandanganku terhadap pesan tersebut.

※ Pandangan Negatif
Kenapa aq tidak diberikan no teleponnya? toch aq bermaksud menanyakan langsung dan ngak ingin merepotkan Mba. Lagian aq cuma mau menanyakan lowongan, tidak mengingankan lebih dari itu. Kalau misalkan ada lowongan maka aku akan mengajukan secara langsung dan tidak melewati Mas. Aq juga bukanlah tipe orang yang suka dititipkan, karenanya aku ngak mau masuk keperusahaan Mas hanya karena posisi Mas diperusahaan tersebut. Aku mau melamar dengan status yang sama seperti pelamar lainnya tanpa ada unsur titipan(read: kolusi).
Memangnya ngak sopan apa kalau menanyakan lewat handphone? Apalagi yang menanyakan masih ada hubungan kekerabatan, meskipun hubungan kekerabatan tersebut adalah jauh dan tidak langsung. Lagian juga posisiku sekarang kan terpisah jauh. Kalau aq sendiri sech, misalkan ada yang menanyakan hal yang sama tentu akan aku balas dengan senang hati sebatas pengetahuanku. Terkecuali permintaan yang berat seperti titip-menitip, karena aku sendiri ngak senang dengan titip-menitip.

 ※ Pandangan Positif
 Sebagai seorang istri, aq rasa Mba tentu ngak mau terlalu merepotkan suaminya, meskipun aq tau bagaimana keramahan suaminya. Untuk alasan itulah mungkin ia ngak memberikan no telepon. Atau mungkin Mba lupa, atau mungkin ada alasan lain yang diluar dugaanku.
Memang sebaiknya aq kesana dan menanyakan langsung karena aq juga sudah lama tidak maen kesana, bahkan telpon saja tidak. Kalau tiba-tiba langsung minta bantuan, tentu kesannya akan lain. Meskipun jika aq diposisi yang sama maka aq tidak akan mempedulikannya, tapi orang laen tentu tidak sepandangan denganku. Dan ini juga memang lebih sopan dibandingkan menanyakan lewat telepon meskipun pada dasarnya tidak terlalu buruk. Tambahan lagi Mba juga mengatakan kalau ia juga mau membantuku.

Berkaca pada pandangan positif tersebut maka sudah seharusnya aku mengabaikan pandangan negatif. Lagian padangan negatif tersebut hanyalah dugaan-dugaan yang bersifat spekulatif. Bahkan lebih banyak mudharatnya bagi hatiku sendiri.

Yoshhh...keep positive.....
Landaskan semuanya pada kebaikan, maka hasilnya akan jauh lebih baik.
Sesuatu yang kita pandang baik belum tentu baik bagi kita, sedangkan sesuatu yang kita pandang buruk bisa saja menjadi yang terbaik bagi kita. Ketika semuanya dipandang dengan kaca mata kebaikan maka hal yang buruk akan menjadi baik dan hal yang baik akan semakin baik.

Ya ALLAH, tunjukkan hamba-Mu ini kejalan yang lurus yaitu jalan orang2 yang telah Engkau berikan nikmat, bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat.
Ya ALLAH, jauhkanlah hamba-Mu ini dari segala prasangka-prasangka buruk.
Ya ALLAH, tunjukkanlah hamba-Mu ini kejalan yang lurus jalan yang Engkau Rahmati.
Ya ALLAH, teguhkanlah hati hamba-Mu ini pada Dinnul Islam.
Ya ALLAH, tetapkanlah hati hamba-Mu ini pada keimanan.
Amin ya Rabbal alamin..... 

2012年6月15日金曜日

Kebanggaan di mata seorang Mr Toenk


Halo sobat, kawanku sekalian, siapa sech yang ngak pengen menjadi kebangaan orang lain terutama kebanggaan orang-orang terdekat, apalagi kebangaan orang tua. Tapi entah mengapa dalam banyak pengamatanku maupun pengalaman pribadiku, justru kebangaan itu bagaikan sebuah sosok nyata yg begitu menyeramkan yang tidak sekedar bayang-bayang. Karena klo hanya banyang-bayang saja, mungkin tidaklah begitu menyeramkan. Mungkin bayangan itu hanyalah ilusi kita saja. Tapi kalau ia sudah berwujud nyata dengan penampilan yang menyeramkan tentulah jauh lebih menakutkan. Kebanggaan bukanlah tidak baik, tentu ada baiknya tapi menurutku lebih banyak buruknya.

Memberikan sebuah kebanggan pada seseorang tentu bisa membuat seseorang itu senang dan bahagia. Tapi kebangaan itu akan berubah buruk jika out of control alias kebablasan. Ingatlah bahwasanya kebanggaan itu sangat mudah melahirkan kesombongan atau tinggi hati. Kebanggaan itu cenderung lahir dari adanya suatu kelebihan yang didapatkan maupun sekedar yang dirasakan. Dan kelebihan itu cenderung didapatkan dari hasil perbandingan. Jika merupakan hasil perbandingan maka sudah barang tentu ada suatu penilaian, yang konsekuensinya ada penilaian rendah dan penilaian tinggi, atau yang lebih parahnya adalah ada penilaian baik dan penilaian buruk. Jika kita merasa berada pada posisi tinggi yang membanggakan maka kita akan melihat orang lain dalam posisi rendah, ini adalah hal yang pasti. Jika kita menghargai orang lain yg dalam posisi rendah tersebut maka tentu hasilnya baik, tapi jika kita berfikiran terbalik dengan memandang rendah orang tersebut, tentulah ini sesuatu yang buruk. Tapi diluar kedua hal ini, jika kita mau mengaca dan mengkoreksi diri, pasti kita akan melihat adanya benih tinggi hati dari kebanggan tersebut. Inilah adalah benih yang sangat berbahaya. Satu waktu kita mungkin bisa mengontrolnya, tapi ingat bahwa tak selamanya mood kita itu baik. Bisa saja suatu saat kita dalam kondisi yang susah atau mungkin lupa untuk mengontrolnya.

Untuk itulah aku lebih senang menggunakan kosakata Syukur daripada Bangga. Jika kita mendapatkan sesuatu yang lebih tinggi, maka dengan bersyukur kita akan sadar klo kelebihan yang kita dapatkan itu hanyalah suatu anugerah, pemberian, titipan yang suatu saat akan diambil kembali oleh yang Maha Memiliki Segalanya. Dengan syukur juga kita akan jauh dari merendahkan orang lain yg belum mendapatkan kelebihan seperti yang kita dapatkan.

Kita bersyukur dengan keluarga harmonis yg kita miliki, kita bersyukur atas prestasi sekolah, kita bersyukur atas prestasi pekerjaan, kita bersyukur atas kedudukan dalam masyarakat, kita bersyukur atas kelimpahan harta yang kita miliki, dan kita bersyukur untuk semua hal yang kita miliki bahkan kita bersyukur pada musibah dan cobaan yang kita dapati.

Semoga hati kita dipenuhi kesyukuran atas apa yang kita dapatkan maupun yang kita alami dalam dunia ini.

Mr. Toenk

2012年6月4日月曜日

Hello world


書きたくて書きたくて、書けなかった。
このブログが空っぽの状態になちゃった。
笑。。。笑。。。笑。。。

これから頑張らなきゃ。。。。
来年の春に向けて暇な時間を削除します。。。

2012年3月3日土曜日

Pesawat Tempurku....



Ada sedikit yang menggelitik telingaku ketika mendengarkan lagu "Pesawat Tempurku" dari Iwan Fals. Liriknya sederhana, mengalir polos penuh pengharapan. Tapi ada kesan ketidakberanian yang kurasakan. Meskipun ngak tahu apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh Iwan Fals, tapi petikan lirik dibawah ini cukup menarik
"Kalau saja aku bukanlah penganggur, Sudah kupacari kau"
Menggelitik karena petikan lirik ini langsung ku tujukan kediriku, hingga liriknya menjadi " Kalau saja aku bukanlah penganggur, Sudah kunikahi kau ". Ya sesederhana itu kalimat yang ingin kuucapkan pada seseorang yang bisa menjadi perhiasan sang pelengkap tulang rusukku.
Polos dari sebuah keinginan dan harapan yang kadang tabu diucapkan. Tapi itulah hasrat dalam hati yang masih tertunda wujudnya. Dahaga dilubung jiwa yang masih terasa kering dindingnya. Semua masih terhalang oleh satu status, "Nganggur". Tapi disatu sisi aku merasa bukan itulah faktor utama penghambatnya, tapi "Keraguan" itulah penghambat sesungguhnya.

Kuharap ini segera terpuaskan dengan kunci keridhoan. Ridho yang berlandaskan ketulusan dalam menerima keputusan Sang Pemilik raga dan jiwa. Ridho dengan keyakinan bahwasanya jika bidadari itu tidak turun kedunia, maka ia akan menunggu di surga.
Ahh....semakin tak nyambung pula kurasakannya......

Sumber Foto: Blogger


2012年3月2日金曜日

Dont say "Stupid" to yourself....



Beberapa hari ini banyak ide yang ingin dituliskan kedalam blog, tapi karena alasan yang tidak jelas ide-ide tersebut menguap begitu saja. Pagi ini setelah bangun dari tidur yang cukup panjang, langsung saja aku membuka buka English Grammer karangan Betty Schrampfer Azar. Maklum terakhir kali sebelum tidur buku ini juga yang ada didepan mataku. Jadi begitu bangun aku langsung sadar kalau sedang mempelajari sesuatu dari buku tersebut. Lagi asik-asiknya mempelajari bentuk Past Time, tiba-tiba terlintas sebuah kalimat difikiranku yaitu "Jangan katakan bodoh terhadap diri sendiri", "Berhentilah mengatakan bodoh terhadap diri sendiri". Kalimat yang bertolak belakang dari apa yang sedang dipelajari.

Kenapa kalimat ini muncul? Rasanya aku tahu jawabnya. Ya, karena aku memang terlalu sering menisbatkan kata-kata bodoh terhadap diriku sendiri. Entah kenapa aku merasa kalimat itu justru membuat aku seperti "jatuh dan tertimpa tangga", alias semakin memperparah keadaanku yang memang bodoh. Kalaulah kebodohanku itu dipersentase sebesar 30 persen, maka ia menjadi 60 persen dengan perkataan yang melegimitasi kenyataan tersebut.

Meskipun kenyataannya demikian, bukan berarti kita harus meligitimasinya dengan kata-kata. Cukuplah apa yang kita rasakan saja. Kalaupun harus mengatakannya maka tambahkanlah kalimat dibelakakangnya, "saya bodoh, tapi tidak selamanya begitu, karena saya pasti bisa lebih pintar". Kalimat motivasi seperti ini jauh lebih berarti daripada kalimat yang menambahkan kerendahan kita. Meskipun aku bukanlah ahli motivasi, tapi aku bisa menebak kalau para motivator pasti akan mengaminkan kata-kataku ini....super sekali...haahaaaaaa...
So......Don't say "Stupid" to yourself

2012年2月27日月曜日

Dengarkan nasehatnya tanpa melihat 'siapa' orangnya..

Pernah melihat atau mendengar seorang aktivis anti rokok yang menyuarakan"Jangan merokok!"? atau aktivis anti narkoba yang menyuarakan"Jauhi narkoba!"?. Tapi disatu sisi kita menangkap basah atau mengetahui ternyata orang yang menggembar-gemborkan suara itu ternyata adalah pelaku dari yang di"ANTI"kannya. Tidak hanya itu, statusnya pun bukan sebagai seorang mantan tapi masih sebagai pengguna aktif. Mengetahui kenyataan tersebut, saya yakin akan ada orang yang mencerca aktivis tersebut. Entah dikatakan sebagai pembohong, penjilat, atau sok-sokan dan lain-lainnya.

Mengatakan salah terhadap kesalahan yang jelas buktinya adalah suatu keharusan. Tapi yang menjadi pertanyaan adalah apakah cukup hanya dengan memvonis salah. Lantas bagaimana latar belakang kesalahan tersebut bisa terjadi, tidakkah kita juga perlu melakukan cross check fakta sebenarnya. Bukan bermaksud membenarkan kesalahan, paling tidak kita bisa tahu penyebabnya dan mengambil suatu counter measure langsung terhadap penyebabnya, tidak hanya dengan memvonis dan menghukum.

Bagi seorang aktivis yang dianggap mengkhianati perjuangannya, maka saya melihat ada satu sisi yang harus dicermati dengan seksama khususnya hal yang melatarbelakangi pengkhianatan tersebut. Ketulusan/keikhlasan adalah kunci dalam pembahasan pengkhianatan tersebut.

  1. Ketidaktulusan. Dengan bersandarkan pada ketidaktulusan, tentu pengkhianatan tersebut akan semakin ternodai dan sangat jelas motif dan akibat dari pengkhianatan tesebut.
  2. Ketulusan. Lantas bagaimana jika perjuangan tersebut dilandasi dengan ketulusan namun ada pengkhianatan didalamnya? Tentu kita harus menggali landasan pengkhianatan tersebut hingga kita tidak salah dalam memvonis.

Untuk yang nomor satu, sudah sangat jelas pengkhianatan tersebut adalah sesuatu yang memberatkan dan akan wajar jika vonis-vonis buruk disematkan kepada tersangkanya. Tapi untuk yang nomor dua tentu kita harus menelaah lebih dalam penyebab pengkhianatan tersebut. Pada kesempatan ini, saya akan mengangkat sebuah topik yang mungkin menjadi latar belakang pengkhianatan tersebut. "Candu/kecanduan" adalah salah satu latarbelakang yang mungkin menjadi penyebab pengkhianatan tersebut.
Pernahkah kita mengalami kecanduan terhadap sesuatu, khususnya terhadap hal-hal yang negatif. Kemudian bagaimana kita berusaha untuk bebas dari kecanduan tersebut? Tentu bukan hal yang mudah untuk menghilangkan kecanduan itu jika kita sudah sangat mencintai hal yang kita canduin tersebut. Ditengah usaha kita untuk bebas dari kecanduan, berapa kali kita harus terjatuh kembali kelubang candu tersebut. Ada yang dengan mudah bisa langsung bebas dari kecanduan, ada yang harus terjatuh kembali satu atau dua kali kelubang candu tersebut, tapi ada juga yang harus bolak-balik terjatuh kelubang yang sama untuk akhirnya bisa bebas.

Lalu apa hubungannya dengan pengkhianatan diatas? Ya, dari sini dapat ditarik sebuah garis penghubung, bahwasanya pengkhianatan tersebut tercipta dari sebuah kegagalan untuk bebas dari candu. Orang-orang yang berusaha keluar dari candu, maka ia akan berusaha membenci dan menjauhi hal-hal yang menjadikan kecanduan tersebut. Kebencian tersebut bisa lahir dan berwujud berupa penentangan-penentangan terhadap hal-hal yang dicanduinya, baik penentangan secara invidu maupun melalui suatu kelompok aksi aktivis. Namun ditengah aksinya menentang kecanduan yang dideritanya, adalah mungkin ia kembali terjatuh kedalam lubang yang sama. Hal ini mungkin karena selama aksi tersebut ia juga adalah seseorang yang berjuang untuk bebas dari candu tersebut.

Orang-orang ini berjuang untuk bebas dari candu dengan bersuara keras yang lantang menentang, hingga ia tidak pernah membenarkan kecanduan yang dideritanya. Maka untuk orang seperti ini, tidaklah pantas bagi kita untuk menyebutnya sebagai pengkhianat atau sebagai pembohong. Mereka memang salah dengan perbuatan candu tersebut, tapi kita juga harus mensupport perjuangan mereka untuk bebas dari kecanduan tanpa memojokkan mereka terus-menerus.

Marilah kita sedikit berangan-angan dan memposisikan diri kita seperti mereka. Sebagai contoh saja, bayangkanlah kita sebagai aktivis anti maksiat. Kita berjuang keras sepenuh hati untuk menentang segala bentuk kemaksiatan. Tapi suatu ketika aib kita terbuka berupa suatu perbuatan maksiat yang masih kita lakukan dan masih menjadi candu bagi kita. Kita menyadari kesalahan tersebut, dan berusaha keras memperjuangkannya agar tidak menjadi contoh bagi orang lain dengan di satu sisi tetap berusaha menghilangkan candu tersebut. Seandainya orang-orang malah menjauhi kita dan hanya memvonis salah tanpa mensuppot usaha kita untuk bebas dari candu tersebut, tentu ini bisa menurunkan semangat kita. Meskipun ada sebagaian dari kita yang bisa memanage vonis tersebut menjadi pemacu semangat untuk terus berjuang, tapi akan lebih baik lagi jika support yang kita dapatkan.

Untuk itulah kita harus belajar melihat apa arti suatu perjuangan itu dengan menitik beratkan pada apa yang diperjuangkan dan mensupport orang-orang yang berjuang didalamnya. Tidak hanya menilai siapa yang mempejuangkan saja, tapi harus kedua-duanya. Kalau perjuangan itu lahir dari ketulusan maka Insyaallah hasil yang didapatkan akan baik.

Benarlah suatu pernyataan,

"Dengarlah apa yang dinasehatkan buka melihat siapa yang menasehati"
"Seseorang yang memperjuangkan sesuatu untuk orang lain, mungkin sebenarnya ia memperjuangkan sesuatu itu untuk dirinya"

Berjalan...terjatuh...berjalan...terjatuh....

Ya Robbi, Ya Rahman Ya Rahim.......

Tak ada yang paling hamba dambakan melebihi ampunanMu. Tak ada yang paling hamba inginkan selain kembali kejalanMu. Itulah keinginan hambaMu ini ya Robb, bahkan Engkau lebih tahu apa yang sebenarnya hambaMu ini inginkan. Tapi, itu semua hanyalah keinginan dan sekedar keinginan yang hanya ada dibenak hambaMu ini. Telah hamba coba untuk mewujudkannya, tapi seperti orang yang berjalan lalu terjatuh dan kembali berjalan lagi tapi kembali terjatuh. Hamba semakin terpuruk sedangkan waktu hamba semakin berkurang bahkan mungkin tidak akan lama lagi, Engkau yang lebih mengetahui.

Tak pernah sedikitpun hamba menginginkan kembali padaMu dalam keadaan seperti sekarang ini. Terkadang hamba merasa takut, tapi apalah arti takut itu jika ia tidak pernah bisa mengemudikan hati hamba untuk lebih taat padaMu. Bahkan hamba khawatir jika hamba hanyalah berpura-pura takut dan berusaha mengelabui Engkau Ya Robb, meskipun tak ada yang pernah bisa mengelabui Engkau yang Maha Mengetahui. Mungkin itulah kebodohan hambamu ini.

Jiwa yang telah kotor akan sulit menerima hidayahMu. Jika demikian, maka bagaimana jiwa yang telah kotor ini bisa kembali bersih jika kebersihan jiwa hanya didapat melalui hidayahMu. Seolah jiwa yang telah kotor ini sudah tidak memiliki peluang lagi untuk bisa kembali bersih.

Engkau menciptakan suatu makhluk untuk menjadi contoh bagi makhluk lain ciptaanMu, begitu pula dengan makhluk sejenis hambaMu ini. Engkau jadikan seseorang contoh yang baik bagi yang lainnya, dan menjadikan seseorang contoh yang buruk bagi yang lainnya, semua dalam kehendakMu. Terus bagaimana dengan hamba Ya Robb. Apakah Engkau menjadikan hamba contoh yang baik ataukah yang buruk. Sampai saat ini Engkau masih menutup segala aib yang hamba miliki. Jika Engkau membukannya maka tentulah hamba akan menjadi contoh yang buruk. Ataukah Engkau akan terus menutupi aib tersebut hingga hamba terus tersiksa dengannya, dan pada akhirnya hamba tetap akan menjadi contoh yang buruk.

Hamba lelah ya Robb...Hamba letih....Rasanya hamba sudah tidak sanggup berjalan lagi. Kini terserah padaMu Ya Robb. Mau Engkau jadikan hambaMu ini seperti apa terserah pada kehendakMu. Andai engkau jadikan hamba pendosa, maka itulah kehendaMu. Tapi hamba tidak pernah menginginkannya, sedikitpun tidak pernah Ya Robb. Engkau Maha Mengetahui, tentu bisa membacanya didalam hati hamba.

Ya Rahman Ya Rahim...ampunilah hambaMu ini....bolakkanlah hati ini kepada keimanan dan ketakwaan....tidak ada tempat hamba meminta selain kepadaMu, dan tak ada yang bisa mewujudkannya selain Engkau......Hanya doa yang hamba punya ditengah hujan dosa yang menyirami jiwa. Hanya harap yang hamba punya ditengah kenyataan buruk yang hamba alami.

Kembalikanlah hamba padaMu dalam keadaan seperti pertama kali membuat janji denganMu. Dalam keadaan suci, dalam keimanan, dalam ketakwaan, dalam Islam.