2011年12月1日木曜日

December pertama



http://www.nhk.or.jp/shinshu-blog/

Alhamdulillah awal hari ini aq mulai dari 3:30 pagi. Air wudhu membasuh sebagian tubuhku dan menghilangkan sedikit kantukku, tahajud dan witir diakhir malam seperti yg biasa aq lakukan klo emang tidak kebablasan tidur hingga terdengar azan subuh. Setelah witir selesai dan dipertengahan doa, langsung kumandang azan terdengar dan biasanya suara2 gonggongan anjing terdengar tapi sepertinya tidak pagi tadi(atau aq emang lupa..heeheee...). Setelah azan selesai, sholat fajar mengawali sholat di hari ini, dan tempat terbaik untuk sholat subuh langsung dituju. Selesai sholat subuh, duduk sejenak untuk menenangkan hati dengan bacaan2 zikir dari buku yang aq dapatkan ketika jadi jamaah dimasjid pabrik tempat aq kerja sebelumnya. Buku zikir tersebut sangat berguna bagiku yang sampai sekarang masih saja belum hafal ayat2 yang harus dibacakan baik itu zikir setelah sholat fardhu, zikir pagi maupun zikir petang. Membaca urutan2 ini seolah pagiku sudah terukir dengan baik dan begitu islami. Tapi bagi yang menjalaninya yaitu aq sendiri terkadang ada hal yang tidak jelas. Menurutku, apa yang aq lakukan adalah sebuah usaha saja yang mana hasilnya tidak tampak melainkan ritual2 secara fisik saja. melalui rangkaian pagi seperti ini, kadang hati merasa tenang dan penuh optimisme dalam menjalankan waktu2 berikutnya dihari itu. Tapi terkadang malah resah yang terus menempel di hatiku memenuhi waktu2 di hari itu. Mungkin keikhlasan adalah kunci dari semua ini...Sering aq menanyakan pada diri ini, benarkah ibadahku selama ini hanyalah ditujukan untuk mendapatkan ridho-Nya, apakah aq benar2 ikhlas tanpa mengharapkan apa2 selain ridhonya...apakah aq ibadah hanya untuk mendapatkan kemudahan urusan duniaku di hari itu....itulah yg sering terangkat dalam pembicaraan jiwaku di dalam isi kepalaku...
tapi dari semua ini, aq bisa melihat sesuatu yang lain. Seseorang itu tidaklah layak di sandingkan dengan predikat alim dengan disiplinnya ia beribadah. Karena yang berhak menentukan predikat tersebut hanyalah Allah swt yang Maha Mengetahui segala isi hati maupun isi kepala manusia, bahkan Ia lebih dekat daripada diri seseorang itu pada dirinya. Cukuplah kita meniru kedisiplinannya beribadah tanpa memujinya berlebihan, apalagi didepannya...karena bisa mengakibatkan 2 hal. Pertama, jika ia tidak ikhlas maka hanya melahirkan kebangaan dan kesombongan. Kedua, jika ia benar2 ikhlas maka ia akan bertambah sedih dengan pujian itu karena merasa tidak layak mendapatkannya sedangkan dirinya selalu merasa penuh dosa. Dan sebenarnya karena takutnya pada dosa itulah yang mendorong dirinya untuk terus beribadah. Dan inilah sifat yang dimiliki oleh pendahulu kita dari golongan sahabat yang lebih banyak menangis(bersedih) daripada tertawa.
Aq berlindung kepada Allah swt dari niat penulisan yang dipenuhi sifat Riya ataupun hanya untuk mendapatkan pujian....semoga bisa menjadi cermin untuk diriku dimasa datang ketika membaca tulisan ini kembali.

0 komentar:

コメントを投稿